Bab 1
Intro Menyusuri Kesendirian
Julia menyesuaikan Bio-suitnya, mencoba menyesuaikan rasa tidak nyaman dari sensasi teknologi cangkang baju zirah canggih yang terasa merampas batas privasinya. Ada rasa diambil alih secara paksa ketika mengenakan teknologi ini. Meski dia sudah ribuan kali menggunakannya, rasa dalam posisi dipaksa ini selalu membuat Julia merinding, baik dalam simulasi maupun misi nyata. Sebagai cangkang baju zirah berteknologi tinggi yang menjadi perisai dan pemukul dalam berbagai misinya selama ini, Bio-suit adalah pelindung sekaligus perundung bagi Julia.
Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menghilangkan rasa ketidaknyamanannya. Disatu sisi Julia sangat paham teknologi canggih ini telah menyelamatkan nyawanya berkali-kali, namun ironi di sisi lain kecanggihan ini terasa amat sangat invasif di tubuhnya.
Julia melirik tim intainya, dalam misi kali ini dia telah memilih lima orang terbaik yang sudah sering menjalani misi bersama. Setiap individu dengan dedikasi dan keahlian terbaik di bidangnya: Lee, tangan kanannya yang sangat bisa diandalkan; Jaxon, ahli analisis lapangan; Marla, petarung jarak dekat handal; Ono, peretas cyber ulung; dan Zara, spesialis paramedis tempur. Julia sangat puas dengan unit tempur pilihannya, dia percaya mereka akan saling menjaga satu sama lain dengan baik.
Pikiran julia kembali melayang pada misi yang diberikan pada dia dan unitnya. Untuk secara fisik datang menilai kondisi stasiun ruang angkasa Dayan. Apakah mungkin Dayan digunakan sebagai pangkalan unit pengintai? Berbagai macam drone dan gawai kecerdasan buatan telah diterjunkan, tetapi iklim unik stasiun ruang angkasa Dayan yang misterius membuat tidak ada satupun yang berhasil mengirim balik data. Semuanya hilang tertelan puing ruang angkasa dan kabut gas stasiun ruang angkasa tersebut.
Posisi Dayan dinilai dalam waktu dekat akan menjadi ancaman konflik, jika stasiun ini dibiarkan terbengkalai begitu saja tanpa sejumput informasi apapun. Info umum yang diketahui hanyalah stasiun luar angkasa tersebut dibangun oleh klan Hydrochoos sebelum era The Void. Kini Dayan hanyalah seonggok besi dikelilingi oleh puing-puing luar angkasa yang tidak stabil serta badai dan kabut gas yang rentan meledak. Iklim tidak kondusif yang aneh di Dayan adalah akibat posisinya sebagai satu – satunya stasiun ruang angkasa yang berada paling dekat dengan gerbang antariksa menuju The Void. Semua ini disimpulkan sederhana oleh Julia artinya adalah: Dayan adalah masalah, hanya saja belum diketahui masalahnya apa?
Julia sadar bahwa dia duduk di posisi kursi panas. Sebagai kepala tim unit intai pertama yang diterjunkan ke Dayan dia harus meyakinkan kelima anak buahnya untuk sama sekali tidak membawa senjata api. Jika satu peluru saja ditembakkan maka seluruh stasiun akan meledak berkeping – keping menjadi menjadi bola api raksasa. Ide menginjakkan kaki di stasiun yang mudah meledak tanpa info intelijen yang jelas bukanlah hal yang gampang Julia sampaikan baik pada dirinya sendiri maupun anak buahnya. Kadang Julia bingung dengan keputusan yang diambilnya sendiri, dia sebenarnya tidak harus menerima misi ini, dia dengan sukarela mengajukan diri. Julia menggelengkan kepala membuyarkan pikiran – pikiran yang meragukan keputusan yang sudah diambilnya.
Saat melewati hanggar peluncuran diatas Kapal induk antariksa The Hope, Julia dan unitnya melihat pemandangan unjuk gigi kekuatan militer klan mereka, ribuan pesawat tempur, drone, dan kapal serbu kecil sedang disiapkan secara besar – besaran. Sesuatu yang tidak biasa akan terjadi. Julia tidak bisa menyangkal ada rasa cemas yang dia rasakan; misi ini jauh dari sekadar penugasan sederhana seperti yang diberitahukan dalam pengarahan misi. Ada sesuatu yang penting yang tidak diceritakan oleh para petinggi kepada Julia dan unit intai tempurnya, namun Julia merasa semakin sedikit dia tahu akan semakin baik. Berbagai misi yang dia lakukan selama ini juga selalu penuh ketidakjelasan, dalam kondisi yang selalu tidak pasti Julia selalu menguatkan dirinya untuk fokus hanya pada penyelesaian misi dan menjaga anak buahnya tetap hidup.
“Siap untuk peluncuran,” Julia memberi sinyal, suaranya tetap tenang meskipun ada kegelisahan di perutnya. Sensasi adrenalin yang memacu—gabungan antara sensasi yang menakutkan dan antusiasme di saat bersamaan. “Memulai urutan peluncuran, mulai hitungan setelah 5 sebelum synch sempurna,” respon pusat komando.
Blar. Suara memekakkan telinga menggema di dalam ruangan peluncuran, diikuti oleh keheningan yang menegangkan yang berlangsung selama lima detik. Kepala Julia terayun-ayun saat dia berjuang menemukan keseimbangan diantara rasa mual dan pening, beban tekanan semakin memberat sebelum syncronisasi selama 5 detik diawal ini. Lampu hijau menyala Bio-suit synch 100%.Dilemparkan ke ruang hampa angkasa dengan Bio-suit berdaya nuklir berbasis plutonium dioxide seberat 30 kg tertanam di bagian dada selalu membuat detak jantung Julia tidak karuan. Julia mengambil momen untuk menenangkan dirinya dalam Bio-suit yang terasa mulai bisa dikontrol, Julia membayangkan dalam kepalanya berada didalam rahim seorang ibu— Bio-suitnya adalah tempat perlindungan antara dia dan ruang hampa. Nafas lega dihela keluar dari mulutnya. Hitungan mundur berdetak di kepalanya.
Sepuluh detik.
Tekanan mendesis, dan dasbor organik memproyeksikan data vital tentang kecepatan dan ketinggian dirinya dan seluruh unit intai langsung ke retina Julia. Reaktor nuklir bekerja dengan baik.
Sembilan detik.
Julia berkonsentrasi pada irama pernapasan yang telah diasahnya selama bertahun-tahun lewat pelatihan yang ketat.
Delapan detik.
Suhu di sekitar tubuh Julia mulai berfluktuasi, dinginnya luar angkasa mulai meresap meskipun Bio-suit menginsulasi seluruh tubuh Julia.
Tujuh detik.
Reaktor nuklir di bagian dada Bio-suit mengaum, gelombang energi hangat mengalir keseluruh tubuh Julia.
Enam detik.
Semua sistem dalam kondisi normal, setiap indikator berkedip hijau menunjukan Bio-suit berfungsi sempurna.
Lima detik.
Julia merapal “semua akan baik-baik saja”, saat pikirannya menyadari bahwa kesalahan apa pun bisa berakibat fatal dalam penerjunan seperti ini.
Empat detik.
Bayangan stasiun ruang angkasa Dayan yang sebagian tertutup kabut gas sayup mulai terlihat dari balik visor Bio-suit Julia.
Tiga detik.
Reaktor nuklir Bio-suit berfungsi maksimal, koordinat tujuan mereka terkunci dengan kemungkinan kesalahan hanya 0.0002% sampai ke tujuan.
Dua detik.
Gravitasi Dayan mulai menarik Julia dan tim unit intai tempurnya, kecepatan mereka semakin tinggi menuju target.
Satu detik.
Julia mengambil Napas dalam, pikirannya terasa mulai jernih, dia harus mulai mengurangi kecepatan unitnya.
Bintang-bintang menunggu.
Serentak, Julia dan tim unit intai tempurnya memelankan daya pendorong reaktor nuklir mereka. Mereka kini bisa melihat secara visual sebagian stasiun ruang angkasa Dayan muncul dari kabut gas, sebuah peninggalan dari era yang lalu, mengambang dalam gelap tertutup kabut melawan latar belakang bintang-bintang dan gerbang The Void. Julia merasakan sensasi kekaguman saat mereka mendekat, siluet besar stasiun itu sangat kontras dengan kekosongan tak terbatas ruang angkasa.
Pikiran Julia melayang sebentar ke legenda Dayan, cerita tentang peradaban yang hilang dan teknologi kuno. Dia bertanya-tanya apa yang mungkin mereka temukan disana, dan percikan kegembiraan mulai muncul di dalam dirinya. Melihat keindahan semesta dalam kerentanan kemungkinan bahaya, dia hidup untuk momen-momen ini—berada di tepi ketidakpastian, menghadapi yang tidak diketahui dengan hanya mengandalkan kemampuan keterampilannya beserta kesertaan unit intai tempurnya.
Di tengah penerjunan mereka, sensor pada Bio-suit Julia tiba-tiba menyala. Radar mendeteksi badai puing-puing luar angkasa dan gas yang mendekat dengan kecepatan tinggi, lampu peringatan berkedip-kedip. Jantung Julia berdegup kencang. Ini di luar dugaan karena ia merasa telah memeriksa rutenya berulang kali, dan jalur ini seharusnya bebas dari ancaman badai puing dan gas. “Bersiap untuk benturan!” teriaknya dengan suara tercekat.
Tim unit intai tempurnya bergeser ke formasi bertahan, pendorong mereka bekerja keras untuk menavigasi menghindari badai puing luar angkasa yang mendekat. Mata Julia melirik dasbor status kondisi terkini, menganalisis lintasan dan mengeluarkan perintah. Puing-puing itu seperti anak panah api, melintasi kekosongan dengan presisi mematikan. “Jaga formasi!” teriaknya melalui komunikasi, suaranya menjadi jangkar yang stabil di tengah kekacauan. Sensasi bahaya kini menjadi sesuatu yang nyata, indera Julia semakin tajam, setiap otot di tubuhnya mengeras bersiap mempertahankan hidupnya.
Sebuah puing melesat sangat dekat, menggores bagian kiri visor helm Bio-suitnya, psikologi rasa panasnya terasa meskipun Julia yakin kekuatan material Bio-suitnya membuat dia sangat terlindungi. Dia berputar di udara, nyaris terserempet puing lainnya. Pelatihannya berfungsi, hasil latihan membuat otot memorinya membimbing gerakannya saat dia menghindar dan meliuk. Dia menangkap sekilas timnya melakukan hal yang sama, formasi mereka rapat, koordinasi mereka sempurna. Namun Julia makin tidak nyaman melihat data radar, lintasan ini hanyalah permulaan karena kini mereka harus melewati lintasan mata badai gas dan puing-puing antariksa yang terlihat sangat rekat.
“Lee! Menghindar!” teriak Julia saat sebuah puing besar menghantam mereka. Pendorong Lee menyala saat dia berbelok tajam, tetapi sudah terlambat. Puing itu menghantamnya, dan alarm Bio-suit Lee terdengar berdecit untuk kemudian hening. Hati Julia terasa seperti diremas saat dia melihat Lee berputar tak terkendali, jalur hidupnya terputus. Sebuah kesadaran menghantamnya seperti pukulan ke perut—ini bukan lagi sekadar misi intai; ini adalah misi untuk bertahan hidup!
“Jaxon, di belakangmu!” pekiknya, suaranya meninggi penuh kekhawatiran. Jaxon hampir tidak punya waktu untuk bereaksi sebelum puing lain menghantam, mengirimnya terlempar jatuh ke dalam kekosongan. Mata Julia membelalak ngeri saat dia melihat tanda-tanda kehidupan anggota timnya berhenti berkedip satu per satu. Puing-puing tak kenal ampun, setiap hantamannya adalah pukulan fatal.
Perasaan tidak berdaya, kehilangan, dan kekacauan di sekelilingnya mulai menyeret Julia ke dalam ketakutan dan rasa bersalah. Namun, dia memaksa dirinya untuk keluar dari jebakan itu. Dia harus tetap fokus demi kelangsungan hidupnya. Dengan suara pendorong Bio-suit yang meraung, Julia memutuskan untuk mempercepat lajunya. Pikirannya dipenuhi perhitungan, sementara gerakannya terarah berkat refleks yang terasah. Meskipun kenyataan tentang kematian unit intai tempurnya membebani hatinya, dia tidak bisa terjebak di situ sekarang. Saat ini, yang penting adalah bertahan hidup.
Dengan pendorong nuklir Bio-suitnya bekerja maksimal, Julia melesat menuju geladak terdekat stasiun luar angkasa Dayan. Di belakangnya, puing-puing saling bertabrakan, menghasilkan gema di tengah kehampaan. Bio-suitnya menahan benturan saat tubuhnya menghantam berbagai objek di lambung luar geladak stasiun Dayan. Setelah berbaring sejenak untuk menenangkan napas, Julia perlahan bangkit dan melihat bekas torehan logam akibat pendaratannya yang kasar. Dia kemudian mengaktifkan sepatu magnetiknya, mengamankan pijakannya di atas permukaan logam geladak stasiun Dayan yang dingin.
Keheningan yang menyelimuti Julia saat ia berdiri diam terasa sangat kontras dengan kekacauan hujan puing luar angkasa yang baru saja ia lalui. Jantungnya masih berdebar kencang. Tekanan situasi ini begitu besar, tapi dia tahu harus terus bergerak. “Komando, Lee, Marla, Jaxon, Ono, Zara, ini Julia. Apakah kalian mendengar saya, siapa pun?” Hanya statik yang terdengar.
“Komando, semua unit, copy.”
Tidak ada jawaban, hanya suara statik. Julia kini benar-benar sendirian. Dia menarik napas dalam-dalam, meresapi rasa kesendirian yang mulai menghentak. Dia mulai mengumpulkan keberaniannya lagi dan memutar otak berusaha menemukan cara untuk menghubungi pusat komando Vrishchik di The Hope. Julia memeriksa Bio-suitnya yang mulai rusak di beberapa bagian dan melihat lampu peringatan daya nuklirnya mulai menyala. Sambil berjalan pelan menuju pintu masuk stasiun luar angkasa, tiba-tiba…
…tanpa peringatan, kilatan cahaya putih menyilaukan menghantam penglihatannya, membuat Julia tertegun. Dia berusaha keras untuk memicingkan matanya yang kesulitan dibuka, dan refleks tubuhnya segera bereaksi, membentuk posisi bertahan. Beberapa detik kemudian, ia bisa melihat sosok mungil berdiri sekitar lima meter di depannya—profil seorang perempuan mengenakan Nanosuit gelap yang ketat. Jantung Julia berdegup kencang saat otaknya mulai menyadari siapa yang berdiri di hadapannya: hanya klan Didymoi yang bisa melakukan hyperjump dengan Nanosuit, dan Didymoi selalu berarti MASALAH!